Trabas Merdeka VI Bandung (Bagian 3- Habis)





Mr Colin dan Kisah Adventure di Inggris

Catatan : Agus Wijanarko

MENGINAP semalam di dataran tinggi Desa Bungamelur, Cianjur, membuat tulang terasa ngilu. Dingin yang kelewat membuat kami tak nyenyak tidur walau badan sudah dibalut jaket, cindung kepala, berkaus kaki dan kaus tangan di sebuah tenda yang kami dirikan di dekat gudang besar milik pabrik teh di Bungamelur.
Pagi hari sekitar pukul 07.00, sesudah dapat jatah sarapan pagi, kami harus antri membeli bensin yang dijual oleh warga setempat. Karena lokasi yang jauh dari SPBU, membuat harga bensin eceran mahal, Rp 7000 perliter atau lebih mahal Rp 1000 dari harga resminya di SPBU. Tapi ini harus tetap dibeli untuk memenuhi tangki trail kami. Saya membeli 7 liter yang langsung dimasukan ke tangki Suzuki TS dan 2 liter untuk cadangan yang saya tempatkan pada jerigen kecil. Oli samping (2T) Castrol yang biasanya saya beli Rp 22 ribu/botol, di lokasi itu harganya mencapai Rp 27 ribu.
Panitia tidak melepas etape II itu secara bersama. Agaknya, panitia membiarkan peserta memilih kesiapan masing-masing tim untuk melanjutkan perjalanan dari Bumngamelur hingga Pelabuhanratu yang jaraknya mencapai 138 km.
Hari kedua perjalanan, kami tidak menemui hambatan berarti. Track yang ada juga tidak begitu extreem. Bahkan cuaca terasa panas, tidak ada hujan seperti pada etape pertama.
Tanah kering di pegunungan yang masuk Kabupaten Sukabumi, telah berubah menjadi semacam pasir yang licin jika dilibas roda trail. Padahal, jalan berkelok dengan turunan curam dan tanjakan terjal menghadang mapir di 30 persen tracak yang kami lalui.
Pada saat kami memasuki track di kawasan pegunungan Cieurih, dimana pemandangan alamnya begitu menkajubkan, kami harus ekstra hati-hati. Kanan kiri jurang ratusan meter. Jalan setapak yang kami lalui seakan melintasi sirip ikan hiu yang jika terjerembab maka akan terguling-guling sampai ke dasar lembah. Tapi, kami bersyukur tidak ada hambatan ketika melintasi kawasan ini.
Bahkan di kawasan yang pemandangannya luar biasa indah ini, kami mengabadikan dengan bergantian berfoto. Kami sempat istirahat agak lama sembari menyaksikan para offroader lain melintas mendahului kami.
Kebebasan para offroader melibas jalan-jalan tanah sejak dari Bandung hingga ke Pelabuhanratu, mengingatkan cerita Mr Colin orang Inggris yang ikut dalam event Trabas Merdeka VI itu. Colin, adalah pria kelaharian Manchester, yang penggemar tim sepakbola Manchester City itu telah bermukim sekitar 11 tahun di Indonesia. Ia beristri WNI yang baru dikarunia anak berusia 4 bulan. Sebelumnya di Inggris, Colin telah dikaruniai anak dengan istri pertamanya.
Colin tinggal di Bandung sebagai tenaga ahli sebuah pabrik tekstil terkemuka. Sejak kecil meyukai trail. Dan kini bergabung di club Trabas.
Ketika ditanya, apakah saat di Inggris suka kegiatan moto adventure, Colin mengiyakan. Namun di Inggris tidak seperti di Indonesia. “Menggunakan tanah untuk lintasan adventure tidak segampang di sini. Di sana harus ada ijin. Padahal tanah-tanah di sana ada pemiliknya,” ucap Colin yang di kepanitiaan Trabas Merdeka VI bertugas sebagai tim sweeper.
Jika ada tanah untuk kegiatan moto adventure harus bayar dengan kocek yang relatif mahal. “Di sini semuanya gratis. Bebas mau masuk ke tanah siapa saja boleh asal tidak merusak,” ucap Colin yang sudah fasih berbahasa Indonesia.
Etape II Sabtu (16/8) kami tempuh sekitar 8 jam. Waktu menujukan pukul 15.15 WIB ketika trail kami menyentuh finish di Samudra Beach Hotel Pelabuhanratu. Di lokasi finish sudah banyak offroader yang telah sampai duluan. Namun, kedatangan kami di hotel yang letaknya berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia itu, bukan yang terakhir, karena ada peserta yang finish selepas magrib.
Panitia membagi kamar hotel bagi peserta yang telah masuk finish. Selanjutnya pada malam hari diadakan ramah tamah dengan menampilkan hiburan musik. Peserta tetap gembira walau tidak ada pembagian doorprize. “Ini acara khusus bagi pecinta trabas dengan tanpa janji hadiah dari panitia. Ini sudah tradisi kami,” ucap Ketua Panitia Trabas Merdeka VI, Made Syafei (habis).

Komentar