Trabas Merdeka IV Bandung (Bagian 2)




Klep Jebol, Turun Mesin Ditengah Jalan

Catatan: Agus Wijanarko

SEMULA kami yakin bahwa selama mengikuti Trabas Merdeka VI yang menempuh perjalanan jarak jauh (317 km) bakal tidak ada gangguan. Ini disebabkan persiapan kami yang boleh dibilang cukup. Trail Suzuki TS 125 warna hijau yang digunakan saya, jauh-jauh hari dioprek di bengkel. Kampas kopling ganti baru, dipasang lampu HZ dan hal-hal kecil lainnya diperiksa seksama, termasuk mengganti komstir agar gerak meudi menjadi enak. Begitu juga 2 rekan saya, Uton dan Agus Trisno yang menggunakan trail Bejing dan trail modifikasi Shogun 125. Bahkan, Uton mengaku trai-trailnya dipersiapkan mantap. Ini mengingat Agus Trisno yang tergabung satu tim dengan Uton pada Cross Team Adventure (CTA) adalah mekanik yang setiap hari berprofesi sebagai pemilik bengkel di Kemantran, Kabupaten Tegal. Jadi tidak ada yang dirisaukan tentang kesiapan kendaraan.
Pukul 09.00 Jumat (15/8), panitia melepas keberangkatan peserta untuk menempuh etape I yang mencapai 173 Km. Start dari Kota Baru Parahyangan,Padalarang, Bandung ini, terlambat sekitar 1 jam dari jadwal yang ditentukan. Kami strar pada posisi agak didepan. Jalan aspal di kawasan Kota Baru dilibas oleh trail-trail peserta dengan kecepatan cukup tinggi.
Ketika panitia mengarahkan ke jalan tanah berbatu dengan tingkat debu yang tinggi, para peserta mulai mengambil posisi antre. Paling-paling jalan kampung itu hanya bisa dilalui 2 motor berjajar.
Jalanan tanah dengan batu makadam, dilibas oleh kami hingga akhirnya kami sampai di kawasan Waduk Saguling. Pada jalan yang bergeronjal karena bebatuan kasar, selama menuju Saguling, handycam Sony milik Uton yang disimpan di tas jatuh. Jatuhnya alat pendokumentasi video milik bos Mahkota R & Tato Centre 9 ini diketahui setelah seorang peserta tergopoh-gopoh menyusul dengan trailnya. “Bang, kameranya jatuh nih,” ujar offroader sembari menujukan handycam yang belepotan tanah.
Uton nampak tercengang melihat handycamnya jatuh. Lalu diceknya tas yang diikat di belakang bagian belakang (behel) jok trailnya. “Oh iya, sletingnya membuka sendiri. Terima kasih banyak mas,” ucap Uton ke pria peserta Trabas Merdeka VI itu.
Kami merasa kagum dengan offroader yang satu itu. Begitu jujur menemukan barang berharga den mengembalikan, sementara pemiliknya sendiri tidak mengetahui barang bawaannya terjatuh. “Luar biasa, dia sangat-sangat jujur,”gumam saya.
Ahirnya kami mencoba terus membuntuti pria penemu handycam yang mengendari trail TS itu. Karena kondisi trail orang tersebut agak tersendat seperti ada kotoran mengganggu bagian pembakaran. Kami mencoba untuk menolongnya dengan menawarkan bantuan mekanik. Namun ditolaknya. Saat itu kami berpisah.
Lepas dari kawasan Saguling, tepatnya di jalan aspal, kami bertiga memacu trailnya agak kenceng. Uton berada di depan, disusul Agus Trisno lalu saya di urutan belakang. Tiba-tiba Uton menepikan motornya dan mengatakan ada problem pada mesinnya. “Diselah ampos, kayaknya jebol klepnya nih,” ujar Uton dengan raut panik.
Agus segera memeriksa dengan menurunkan peralatan montir. Beberapa menit tidak bisa diatasi. Agus memutuskan membuka blok untuk mengetahui apakah klep bekerja atau tidak. Ternyata memang benar klep dalam kondisi kering akibat tidak ada pasokan oli. Satu-satunya cara adalah dengan membongkar mesin dan menyekur klep. Tapi, muncul persoalan, yakni alat untuk menyekur klep dan paking tidak tersedia.
Diputuskan mencari bengkel terdekat. Dan ternyata tidak jauh dari posisi trail Uton yang mogok, ada bengkel kecil. Hanya dengan dorongan kaki, motor Uton sampai di bengkel itu. Operasi besar dilakukan, mesin Bejing diturunkan dan dicek kenapa oli tak naik. Jawabnya ternyata lubang oli tersumbat pecahan perpak yang sudah aus.
Untuk membongkar klep dan memasangnya kembali dibutuhkan sekitar 2,5 jam. Ini membuat posisi tim kami berada di juru kunci. Tetapi, kami merasa tenang karena tim sweeper Trabas Merdeka VI yang dikomandani Mr MU, setia menunggu selama perbaikan.
Selama proses perbaikan oleh Agus Trisno dan mekanik dari bengkel tersebut, berhasil menyelesaikan. Trail Uton bisa menyalak lagi dan kami pun melanjutkan perjalanan dengan posisi jauh tertinggal peserta lainnya. Dengan dikawal terus oleh tim sweeper, kami akhirnya bisa menyusul satu persatu peserta hingga ke tempat istirahat makan siang. Di lokasi makan siang ini waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Mendung menggelayut ketika kami memulai makan nasi bungkus. Dan tidak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. “Ini hujan kedua kalinya semenjak musim kemarau,” ucap penduduk sekitar.
Karena jarak yang masih separoh lebih dari total perjalanan, kami memutuskan menerobos hujan dengan tanpa jas hujan. Basah kuyup dan perasaan miris karena jalan menjadi licin menjadi menu di separoh perjalanan menuju finish etape I tersebut.
Motor trail Agus Trisno yang tidak didesain untuk lari di jalan basah, menjadi momok bagi kami. Posisi karburator yang berada di atas mesin bagian depan dengan tapa pelindung kemasukan air hujan. Ini menjadikan pembakaran tidak sempuran dan motor tidak mau lari.
Untung hujan mulai reda. Terpaksa Agus membongkar karburatornya dengan peralatan yang dibawannya. Satu jam lebih untuk memperbaiki karburator yang ngadat itu. Setelah mesin normal, kami tak langsung lari. Melainkan mencari seng untuk menutup bagian depan mesin trail Agus Trisno, agar tak kecipratan air dari roda depan. Seng bertuliskan ‘Jual Oli & Bensin’ yang tergeletak di samping rumah warga diambilnya. Dengan dikat pakai kawat, akhirnya pelindung karburator jadi. Kamipun melanjutkan berjalanan kembali dengan dihadang hari yang sudah gelap.
Lampu HZ yang kami persiapkan menyala terang. Namun sayang, arah sorotnya ke atas sehingga tidak fokus menyorot jalan yang terjal di tengah hutan. Namun dengan tekad dan semangat untuk melanjutkan hingga finish, kami pun berhasil mencapai Desa Bungamelur. Sebuah desa di dataran tinggi Cianjur yang berhawa sangat dingin.
Di sebuah bangunan tua pabrik teh, para offroader tengah menikmati musik dan makan malam. Sementara kami dengan kondisi basah kuyup, baru saja memasuki lokasi finish.
“Masih ada sekitar 25 offroader yang berada dibelakang kami. Tadi nampak ada masalah kehabisan bahan bakar ditengah kebun teh,” ucap Uton ketika ditanya panitia (bersambung).

Komentar