Offroader Acungi Jempol


Catatan 433 Pemalang Adventure

Oleh: Agus Wijanarko

PADA event 433 Pemalang Moto Adventure Minggu (20/1) lalu, muncul 1001 pesan dan kesan dari para peserta, panitia dan tentunya masyarakat. Seperti yang sudah-sudah, pesan-kesan itu menempatkan kita pada posisi yang terus bertanya: Bagaimana sebaiknya kegiatan adventure itu digelar?
Event yang digelar Nirmala Post 29 Nopember 2007 lalu, panitia dari luar kota sebagian besar kecewa lantaran tracknya terlalu ‘biasa’. Namun sebenarnya pada saat itupun banyak peserta yang gagal masuk finish karena pasrah akibat faktor mesin atau kelelahan.
Di event Pemalang, komentarnya tidak jauh berbeda. Hanya kebanyakan peserta luar kota mengacungi jempol ke panitia atas pemilihan trcak. Track yang melintasi kawasan hutan Perhutani di Lohbongkok,Gunung Wangi,Penggarait, memiliki karakter yang bagus yang tidak ditemukan di daerah lain. Track itu sungguh alami dan menjadi ujian berat bagi para peserta yang melibas medan tanah itu.
Keunggulan tracknya, kata para peserta yang puas, adalah tanah yang kenyal serta jebakan yang tidak membahayakan. Lumpur penghisap di sejumlah sungai yang dilintasi tidak membuat offroader terluka, tapi hanya kerepotan yang mereka justru menjadi saling tertawa lalu roboh karena tenaga terkuras. Track ini membuat ratusan peserta angkat tangan dan memilih memotong jalan lalu kembali ke Sirkuit Widuri dengan disambut saling ejek antara rekan-rekan mereka.
Panitia mencatat hanya sekitar 150 peserta yang berhasil mengumpulkan stempel 5 pos. Selebihnya hanya 3 pos dan paling banyak hanya mampu mengumpulkan stempel 2 pos. Bahkan tidak sedikit yang gagal sama sekali mendapat stempel pos.
Kehebatan track yang dipilih panitia ini tidak lain peran besar rekan-rekan dari Perhutani. Pada awal survey, panitia tidak melibatkan petugas Perhutani sehingga hanya membuang-buang waktu. Tapi berikutnya petugas Perhutani terdiri mandor dan polhut dilibatkan, track mudah di temukan.
Rekan Perhutani tahu jalan-jalan di hutan, tetapi mereka tidak tahu keinginan para offroader atas jalan-jalan tanah itu. Nah, di sinilah sinergi antara offroader dengan petugas Perhutani diperlukan, dan hasilnya diacungi jempol itu.
Tapi tentunya, acungan jempol itu dari para offroader berpengalaman yang sudah terbiasa mengikuti ajang trabas. Dan ini bertolak belakang dengan peserta amatir yang jumlahnya juga lumayan banyak. Sekali lagi, ini adalah persoalan yang rumit bagi panitia.
Tidak sedikit peserta memaki-maki panitia soal ‘kejamnya track’. “Mau membunuh saya apa!” teriak peserta yang merasa ngeri melintasi track di tanjakan Kemang-mang. Memang kata-kata ancaman itu tidak ditujukan secara serius. Mereka yang gagal dan mengumpat menyampaikannya dengan nada yang bangga ditandai senyum dan tertawa (*)

Komentar