Survey IV, 433 Pemalang Moto Adventure























Jalan Semut Extrem Brur !

PEMALANG (NP) - Tidak seperti survey-survey sebelumnya, survey ke-IV untuk mencari rute persiapan ajang event 433 Pemalang Moto Adventure, Sabtu (21/12) kemarin benar-benar lancar dalam menentukan jalan mana yang akan dilalui. Ini dikarenakan terdapat 2 petugas Perhutani yang ikut dalam tim yang berjumlah 18 orang tersebut. Kedua petugas Perhutani itu adalah Samsudin dan Dusmanto.
Tentunya, sebelum roda-roda bergerak dari mulai lokasi star di Sirkuit Widuri, diskusi telah matang dilakukan. Keinginan koordinator tim, Beny, untuk memilih jalan tanah yang menantang, disambut dengan mudah oleh kedua petugas Perhutani itu.
Bagi Dusmanto dan Samsudin kawasan hutan di antara Pemalang-Bantarbolang itu ibarat belahan jiwanya. “Saya sering patroli dan mengejar-ngejar pencuri kayu di sini Mas, jadi hafal jalan sekalipun itu jalan semut he.. he..,” kata Samsudin.
Ternyata benar, ketika rombongan memasuki kawasan hutan di perbatasan Pemalang-Bantarbolang tepatnya di Pos Balok Slarang, rombongan langsung dibawa menuju jalan-jalan tanah di tengah hutan jati yang lumayan licin dan naik turun. Pematang sawah di tepian hutan pun dilalui. Tidak ada istilah nyasar dalam survey kali ini. Yang ada hanyalah tantangan hebat ketika dua petugas itu menunjukan sebuah jalan setapak yang berujung di sebuah bukit yang membatasi Dukuh Kemangmang. Pedukuhan ini masih masuk Kecamatan Pemalang yang notabene termasuk area kota. Namun soal track jangan tanya, beratnya lumayan menguras tenaga para crosser.
Jalan dari tanah liat yang licin akibat diguyur hujan terus menerus, berujung tanjakan tajam. Tim terbagi dua karena di kawasan itu jalan setapak terpecah ke dua arah yang semakain melebar memisah. "Boleh lewat kiri atau kanan. Nanti bertemu di satu ujung di bukit sana," ucap Samsudin kepada para anggota tim.
Karena akan berakhir pada ujung yang sama, maka anggota tim membagi dua suka-suka. Sekitar 10 orang mengambil rute kanan dan sisanya rute kiri. Ternyata yang menghadapi tantangan berat adalah yang mengambil jalur kiri karena berakhir pada tanjakan yang hampir 80 derajat.
Trail yang digeber akan terbalik dan menggelinding ke bawah. Ini dibuktikan H Turah yang boleh dibilang kampiun dalam dunia crosser saja harus terjatuh dua kali ketika mencoba menggeber di tanjakan itu. Turah wong Comal yang juga anggota DPRD Pemalang ini terjengkang dan terguling-guling diikuti sepeda motor TS-nya.
Tim yang ambil jalan ini harus rela bergantian saling menarik motornya dengan pertolongan tali. Dari belakang trail harus didorong juga.
Beda dengan yang mengambil rute kanan, tanjakan bisa dilibas tanpa harus ditarik-tarik. Memang ada dua motor yang harus didorong karena tak kuat nanjak, tapi ini bukan karen faktor tanjakan tapi kondisi mesin motornya yang kurang fit.
Setelah jeda makan mie ayam di Dukuh Kemangmang, tim melanjutkan untuk meneruskan rute ke Gunung Wangi. Sekali lagi, tidak ada istilah nyasar karen 2 petugas Perhutani begitu hafal jalan-jalan di tengah hutan. "Mau yang lebih berat lagi?" tanya Dusmanto. "Ya coba," teriak Surono dan Beny.
Sebelum melintas, Samsudin dan Dusmanto memberi arahan agar motor yang kondisinya tidak memungkinkan untuk tidak ikutan. Ada dua motor yang menuruti saran dua petugas perhutani itu. Ternyata memang benar, jalan itu masuk dalam kategori extrem. Extrem karena jalan itu beceknya bagaikan ladang yang baru dibajak. Tanah lempung yang kenyal membuat roda belepotan tanah. Ini menjadikan beban berat menghambat laju tiap trail.
Thunder yang dikendarai Agus Wijanarko bernasib apes karena roda belakang dan depan sulit digerakan karena tersumbat lumpur. Ini berdampak kampas kompling jebol. Mesin meraung-raung tetapi motor tak mau bergerak maju.
Macetnya Thunder membuat laju tim terhambat. Setelah bersusah payah mengevakuasi Thunder ke jalan aspal, tim balik ke Dukuh Kemangmang. Tentunya Thunder yang jebol kampas kopling dinaikan truk. Saat itu waktu sudah diujung magrib , akahirnya tim mengakhiri survey pada hari itu nAW


Komentar