Yang Mengolok dan yang Menyerah





Catatan : Agus Wijanarko




SUDAH diduga, lintasan adventure Tegal-Cacaban-Gunung Tanjung-Guci akan menimbulkan pro-kontra bagi para peserta Nirmala Post Moto Adventure Minggu (11/11) lalu. Hal ini disebabkan panitia tidak menerapkan kualifikasi terhadap peserta. Panitia menyamaratakan antara peserta yang sudah profesional dengan peserta amatir, pemula. Panitia tidak membuat kelas dalam spesifikasi motor yang digunakan. Pokoknya, yang penting motor dengan menggunakan ban pacul, bisa ikut. Sangat sederhana.
Karena kelonggaran syarat inilah yang membuat pelaksanaan adventure memunculkan dua pendapat berbeda. Para tracker dari Bandung, Jakarta atau kota-kota lain yang sudah memiliki jam terbang tinggi melintas medan berat, menganggap rute yang dipilih panitia tidak menantang sama sekali. Bahkan secara lantang, para tracker dari Bandung yang rata-rata datang dengan menggunakan trail built-up seperti KTM, Honda WZ, Suzuki RM dan motor-motor trail berkelas, menganggap rutenya sebagai ‘tidak ada apa-apanya’. Bahkan sembari berteriak mereka mengatakan, “Ini rute cukup pakai matic saja”.
Memang komentar para tracker asal kota-kota besar itu tidak salah. Lintasan tanah liat di atas Cacaban kendati licin bisa dilibas dengan mudah. Track tanah licin ini bagi mereka sudah terbiasa karena latar belakang peserta itu mantan crosser yang sering beradu di sirkuit motocross atau grasstrack. Sedangkan lintasan di kawasan Gunung Tanjung yang sebagian besar bebatuan hidup dan sungai licin, bagi para tracker itu sudah biasa, karena mereka sering melakukan adventure.

Seorang rekan dari Jump MX Jakarta, Judhi mengatakan kepada saya, rute yang diminta mereka biasanya extrem. Sebuah jalan yang tiba-tiba menurun curam dan langsung menanjak terjal. Biasanya track itu membentuk huruf V. Jika tidak mahir maka akan terjepit di dasar cekungan sulit naik kembali. Sebuah selokan panjang yang hanya dihubungkan dua batang pohon kelapa, mereka akan senang melintasinya.
Tapi coba bayangkan track itu dilalui tracker pemula, maka bisa-bisa rumah sakit penuh oleh peserta adventure. Atas pertimbangan itulah, panitia memilih rute yang ‘fun’. Tidak extrem tapi menarik untuk dilibas semua peserta.
Memang pendapat para tracker profesional itu berbeda 180 derajat dengan peserta pemula. Ini dibuktikan dengan puluhan peserta yang menyerah di tengah jalan. Bahkan panitia mencatat 14 orang menyerah setelah sampai di pos 1. Dan selebihnya rontok setelah pos 2 hingga pos 3 di Lapangan Bumijawa.
Seorang kawan dari Brebes, Wawi, yang tubuhnya kekar karena mantan Dankoti Pemuda Pancasila (PP) saja, terengah-engah di tengah hutan Menthik Bumijawa, merasakan bahwa dirinya akan tamat riwayatnya. “Saya seperti akan mati,”katanya bercerita.
Wawi boleh dibilang bukan tracker pemula karena dulunya sering ambil bagian dalam lomba motocross. Tapi pada kenyataannya hampir pasrah di medan yang diejek oleh tracker Bandung itu. Inilah event Nirmala Post Moto Adventure, event pertama di wilayah pantura Jawa Tengah, yang kiranya bisa menggugah semangat dunia otomotif khususnya dunia petualangan menerabas hutan (*)

Komentar

Anonim mengatakan…
Memang sulit pak mengadakan event yg memuaskan semua peserta, karena pengalaman dan motor peserta tidak semua sama, jadi wajar ada bermacam pendapat.

Mungkin saran saya pak, untuk pelaksanaan yg lebih baik :
- Usahakan rute aspal lebih pendek dari rute tanah, jd lebih banyak off-nya
- Mmg sebaiknya sebelumnya ditentukan apakah mau bikin trek FUN, ADVENTURE, atau EXTRIM, akan lebih baik lagi bila ada 2 trek di beberapa titik, extrim dan fun,jd ada jalan alternatif bagi yg tidak mampu, supaya bisa mengakomodasi semua peserta.
- Perkiraan waktu tempuh > 6 jam, kl terlalu singkat "enggak cape"
- Perbanyak ikut event luar kota sebagai perbandingan.
- Lebih baik lagi bbrp minggu sebelum event, diadakan gladibersih dahulu dgn bbrp perwakilan klub sekitar untuk sharing pendapatnya sebelum event digelar. Jadi bila memerlukan perbaikan trek masih bisa dilakukan.

Mungkin itu pak saran saya dari event Tegal kemarin, saya harap jangan dianggap sebagai kritik saja, tapi bisa dianggap sebagai masukan untuk event yg lebih baik.

Salam,
TOWER - Wonosobo