Trabas Merdeka VI Bandung (Bagian 1)












Bertemu Tim Ngapak-ngapak Bumiayu

Catatan : Agus Wijanarko

HARI Kamis (14/8) magrib, kami tiba di Bandung. Seorang panitia menjemput tim kami di tengah perjalanan. Maklum, tim yang terdiri Sultonul alias Uton, Agus Trisno sang mekanik dan saya, tidak hafal jalan-jalan di Kota Bandung yang padat. Uton dan Agus Trisno sendiri sebenarnya berangkat ke Bandung dengan memikul nama timnya; Mahkota R Trail Adventure yang bermarkas di Kemantran.
Anggota Trabas Bandung yang menjemput kami itu bernama Goge Kamajaya. Orangnya besar seperti pemain Smack Down di TV itu. Namun, walau terlihat sangar, Goge ramah kepada kami dan suka bercanda pula.
Kemudi mobil Toyota Kijang bak terbuka plat merah milik DPU Kota Tegal yang membawa 3 trail milik kami itu, diambil alih Goge menuju Enhaii Hotel di Jalan Setiabudi, Bandung, di mana panitia menggelar technical meeting Trabas Merdeka VI. Kami datang terlambat di acara rapat penjelasan teknik itu, namun Ketua Panitia Trabas Merdeka VI, Made Syafei, menyambutnya dan memberikan pengarahan seperlunya.
Dalam acara technical meeting itu ditampilkan video yang diambil tim survey track Trabas Merdeka VI. Track macam apa saja yang akan dilalui, ditayangkan pada layar lebar, dihadapan sekitar 200-an offroader calon peserta. Tujuannya agar peserta siap segalanya. “Tracknya secara umum tidak terlalu sulit, ada beberapa saja yang cukup berat, tapi itu mudah dilalui jika kita siap kendaraan dan siap secara fisik,” terang Syafei.
Trabas Merdeka, kata Syafei, tidak mengutamakan track-tracak extreem, tetapi lebih bervariatif dengan prosentase tracak semi extreem sedikit, tracak aspal sedang dan track tanah yang lumayan bagus dengan porsi lebih besar. Karena dalam event Trabas Merdeka VI mengutamakan track jarak jauh. Data panitia menujukan total panjang track dalam event tahunan ini mencapai 317 km, terbagi menjadi dua etape.
Kami pun malam itu mendaftar sebagai peserta ke panitia yang membuka pendaftaran di Enhaii Hotel itu. Biayanya Rp 600 ribu untuk tiap peserta umum dan Rp 300 ribu untuk peserta khusus. Karena saya mendapat tugas liputan dari Nirmala Post, panitia memasukan saya sebagai peserta khusus. Menurut panitia, peserta khusus itu diberlakukan juga untuk anggota Trabas dan club trail adventure yang memiliki andil dalam penyelenggaraan Trabas Merdeka VI tersebut.
Sebuah jersy event, kartu tanda peserta, stiker diberikan kepada kami sebagai bukti pendaftaran. “Jangan sampai hilang loh kartu Trabas ini, jika hilang ndak dapat makan dan pelayanan lainnya dari panitia,” ucap Owen, seorang panitia, mengingatkan kepada kami.
Dari acara technical meeting itu memang mengesankan bahwa penyelenggaraan Trabas Merdeka VI benar-benar siap segalanya. Ini berbeda dari event-event trabas/adventure yang digelar club-club trail adventure di daera-daerah yang pernah saya ikuti.
Malam itu, kami diantar Goge menuju sebuah hotel untuk menginap. Hotelnya kecil, namun lumayan bersih untuk sekedar beristirahat menunggu saat-saat pelaksanaan start yang akan digelar pukul 08.00 pagi dari Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung.
Pukul 06.30 Jumat (15/8), Goge sudah siap menjemput kami yang sejak pukul 05.30 telah bersiap-siap mengenakan pakaian offroader dengan jersy event yang diberikan panitia.
Perjalanan dari hotel tempat kami menginap menuju Kota Baru Parahyangan sekitar 15 menit. Di lokasi start telah banyak peserta yang tengah mempersiapakan diri dengan mendaftar atau mengikuti standar pemeriksaan kelayakan kendaraan trail yang akan digunakan.
Ketika kami menurunkan motor trail dari kendaraan, dihampiri oleh seorang offroader yang sudah datang lebih dahulu. Offroader itu langsung saja menyambut dengan bahasa Tegalan namun terasa sekali ngapak-ngapak . Mungkin saja, pria itu mengenali dari plat mobil G yang kami bawa. Atau mengenali dari tulisan Nirmala Post yang kami pasang pada bagian stang trail-trail kami. “Kiye tim Tegal ya?” tanya pria itu dengan logat lebih ke-Banyumasan.
Saya menoleh ke arah suara ‘aneh’ itu. Ya, ‘aneh’ lantaran sejak kami datang di Bandung, dialog yang kami dengar selalu menggunakan bahasa Sunda. Ternyata pertanyaan ngapak-ngapak itu dari seorang pria yang langsung nampak berbunga-bunga ketika dibalas dengan logat Tegalan oleh kami. “Koen tim endi sih, Bumiayu ya?” tanyaku yang sudah agak mengenali wajah-wahat tim dari Bumiayu itu. Ternyata mereka mengangguk dan perbincangan menjadi lebih panjang ditengah hiruk-pikuk persiapan start.
Tim Bumiayu itu terdiri H Imam, Anto, Tolani, Khonif, Inung dan Prianto. Para offroader ini sudah memiliki ‘jam terbang’ yang cukup tinggi pada dunia moto adventure. Berbagai event di beberapa daerah diikutinya, termasuk ketik Tegal menggelar Nirmala Post Moto Adventure, 433 Pemalang Moto Adventure dan terakhir ketika di Cimanggu, Cilacap digelar Adventure Merdeka.
Tim Bumiayu ini menggunakan trail yang cukup handal dan memadai untuk ajang adventure dengan persiapan fisik yang bagus. Rata-rata menggunakan Suzuki TS 125 yang memang dirancang untuk kendaraan adventure. Dan salah satu diantaranya ; H Iman menggunakan special engine KTM.
Menurut seorang panitia, Trabas Merdeka VI, pesertanya tidak lebih 300 orang atau bahkan Cuma 250 peserta. Jumlah ini lebih kecil dibanding event Trabas Merdeka sebelumnya yang mencapai angka diatas 350 peserta. Bahkan saat event Trabas Merdeka V dengan rute Bandung-Pangandaran, jumlah pesertanya mencapai 500 orang.
Penurunan jumlah peserta ini kata pantia, disebabkan banyaknya event moto advnture di bulan Agustus ini. Serta masih banyaknya offroader yang lebih memilih doorprize selain biaya pendaftaran yang murah. Sedangkan event Trabas Merdeka VI ini tanpa doorprize dan biaya pendaftarannya dinilai sebagian pehobi trabas cukup kemahalan nbersambung

Komentar